Perempuan dan Teror Tambang Emas: Saat Kampung di Sinjai Terancam Hilang

- Jurnalis

Selasa, 5 Agustus 2025 - 13:25 WIT

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Barasuaratimur.com- “Kalau tambang emas ini benar-benar jalan, maka sebagian Sinjai akan hilang. Yang paling terpukul adalah perempuan,” suara Marlin bergetar saat berbicara dalam Dialog Publik Reforma Agraria yang digelar Konsorsium Pembaruan Agraria (KPA) Sulsel di Hotel Swissbel Panakkukang, 25 Juli 2025.

Marlin bukan aktivis organisasi mana pun. Ia seorang pria dan warga biasa dari Kabupaten Sinjai yang datang jauh-jauh ke Makassar membawa satu keresahan besar tambang emas yang diam-diam menggerogoti kampung halamannya.

“Kami petani. Warga dan perempuan-perempuan di desa kami, hidupnya tergantung dari tanah,” ujarnya.

Konflik lahan di Sinjai memang sudah berlangsung lebih dari 30 tahun. Tapi menurut Marlin, ada dua hal yang kini menjadi akar persoalan besar: kehutanan dan tambang.

“Yang paling berat sekarang adalah tambang emas,” tegasnya.

Tambang tersebut dikelola oleh PT Trinusa Resort, dengan luas konsesi mencapai 11.236 hektar.

“Izin ini terbit di 2013, tapi baru tahun 2025 ini ketahuan masyarakat. Karena memang tempat pengerukan akan dilakukan di puncak paling tinggi di Kabupaten Sinjai,” kata Marlin.

Baca Juga :  Bintang Sepakbola Diogo Lota Meninggal Dunia Akibat Kecelakaan Mobil.

Lokasinya berada di hulu semua aliran sungai yang menyatu di Sungai Tangka, sumber utama kehidupan warga. Jika kawasan itu rusak, air akan turun menghancurkan permukiman.

“Sinjai bisa hilang setengah. Terendam banjir,” ujar Marlin.

Perempuan adalah yang paling terancam. Sebab sebagian besar dari mereka bekerja di sektor perkebunan. Mereka selama ini mengolah cengkeh, coklat, dan kopi.

“Kalau tanah itu dikeruk, perempuan di desa kami akan kehilangan fungsi sosial dan ekonominya. Mereka tak bisa apa-apa. Dan teror kampung hilang senantiasa membayangi,” ujar Marlin.

Ia mengisahkan bahwa selama ini, perempuan di desanya bukan hanya bekerja, tapi juga memegang peran penting dalam menjaga lingkungan. Mereka mengenal tanah secara turun-temurun.

“Ada ibu-ibu yang lahir dan besar di kebun itu. Mereka rawat. Mereka hidup dari sana,” ujarnya lirih.

Marlin menyebut bahwa selama ini pihak desa sudah mencoba mencari jalan tengah. Bahkan ada kelonggaran dari pemerintah desa agar warga tetap bisa mengelola lahan, asal tidak merusak lingkungan.

“Sudah ada pertemuan-pertemuan. Sudah ada data LPRA yang kami serahkan,” katanya.

Baca Juga :  Ranperda Kemajuan Kebudayaan Sulsel, Heriwawan: Beberapa Sekolah Asal Tunjuk Guru Seni.

Tapi tambang emas ini, menurutnya, lain cerita. Tak ada ruang dialog. Tak ada pemberitahuan kepada warga sebelum alat berat mulai masuk.

“Baru beberapa bulan terakhir ini warga mencium aroma kerusakannya,” ucap Marlin.

Warga kini diliputi kegelisahan. Ketakutan yang selama ini membayangi, kini muncul ke permukaan.

“Kita takut. Tapi lebih takut lagi jika nanti terlambat,” katanya.

Marlin menyesalkan kenapa potensi pertanian yang justru menopang hidup 99 persen warga Sinjai tidak diperkuat, malah dialihkan ke eksploitasi tambang.

“Kita bukan anti pembangunan. Tapi jangan sampai yang dibangun justru menghancurkan yang sudah ada,” katanya tegas.

Ia berharap, suara yang ia bawa dari kampung bisa menggugah perhatian pemerintah provinsi.

“Kita ini bukan minta banyak. Kita cuma minta jangan dirusak hidup kami,” kata Marlin.

Ia tahu perjuangan ini tidak mudah. Tapi Marlin berjanji akan terus bersuara.

“Kalau saya tidak bicara, siapa lagi? Seluruh warga teruataman perempuan-perempuan di desa saya harus tetap bisa hidup. Harus tetap bisa bertani. Harus tetap bisa berdiri tegak,” pungkasnya.

Penulis : Admin

Editor : Admin

Sumber Berita: Makassar

Berita Terkait

HUT Surya Madani Di Rangkaiankan Lomba Domino Dengan Total Hadiah Puluhan Juta:Berikut Jadwalnya
Pelantikan 59 Pejabat Eselon Pemprov DKI Jakarta Diselimuti Isu Permainan Jabatan
Program TJSL Berkelanjutan PLN dalam Pengolahan Air Bersih bagi Masyarakat Kepulauan Raih Penghargaan di InTechSEA Awards 2025
Sukses Bangun Budaya Kerja Sehat, Indosat Raih Best Workplace 2025
Mengutip Falsafah SIRI’ NA PACCE, Panglima Tertinggi Kokam: Setia Pada Perkataan, Perbuatan dan Negara di Hadapan 25 Ribu Kadernya.
Koperasi Merah Putih Resmi Diluncurkan, KDMP Kanreapia Gowa Masuk Percontohan di Indonesia
Satu Gol Penentu Gemparkan Lapangan MDS,Tim Perprov Gowa Tumbangkan Takalar dalam Duel Panas!
Korban 1 Orang Hamil Meninggal Dunia, Tragedi Kebakaran KM BARCELONA V Di Laut Manado.
Berita ini 15 kali dibaca

Berita Terkait

Selasa, 12 Agustus 2025 - 17:48 WIT

HUT Surya Madani Di Rangkaiankan Lomba Domino Dengan Total Hadiah Puluhan Juta:Berikut Jadwalnya

Selasa, 12 Agustus 2025 - 10:51 WIT

Pelantikan 59 Pejabat Eselon Pemprov DKI Jakarta Diselimuti Isu Permainan Jabatan

Selasa, 5 Agustus 2025 - 13:31 WIT

Program TJSL Berkelanjutan PLN dalam Pengolahan Air Bersih bagi Masyarakat Kepulauan Raih Penghargaan di InTechSEA Awards 2025

Selasa, 5 Agustus 2025 - 13:25 WIT

Perempuan dan Teror Tambang Emas: Saat Kampung di Sinjai Terancam Hilang

Kamis, 24 Juli 2025 - 17:35 WIT

Sukses Bangun Budaya Kerja Sehat, Indosat Raih Best Workplace 2025

Berita Terbaru

Ilustrasi Petugas PLN saat melakukan penambahan daya pada kWh meter milik pelanggan di Kabupaten Sidrap, Sulawesi Selatan.

Bisnis

Sambut HUT ke-80 RI, PLN Tawarkan Diskon Tambah Daya 50%

Selasa, 12 Agu 2025 - 11:04 WIT